Usaha perikanan banyak
 memberikan pendapatan bagi masyarakat meski awalnya sering dipandang 
sebelah mata. Sebagai salah satu pendukung kebutuhan pangan dan 
kehidupan yang bergizi, ikan memberikan asupan gizi yang cukup sehingga 
banyak orang kini mengkonsumsinya. Apalagi dalam membudidayakannya telah
 banyak mengalami kemajuan sehingga untuk mengembangkan usaha ini banyak
 menarik minat dan perhatian dari berbagai pihak.
Hal inilah yang dialami oleh Wiwid bersama Bambang yang merintis usaha 
perikanan di Desa Jambidan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Melihat
 banyaknya tenaga kerja produktif di desanya berbondong-bondong mencari 
kerja, mereka tertantang untuk membuktikan bahwa perikanan bisa 
memberikan penghidupan.
Sehingga pada tahun 1998 mereka mencoba untukmembudidayakan lele dan
 memperoleh hasil yang cukup bagus. Mereka berdua memulai usaha ini 
hanya berbekal modal Rp50.000,- dan hingga saat ini usaha ini telah 
manjadi sentra proyek percontohan tingkat nasional. Melihat hasil yang 
cukup menjanjikan, banyak masyarakat sekitar tertarik untuk 
mengembangkannya, apalagi saat itu krisis moneter sedang melanda.
Konsumen
Konsumen ikan gurameh sebagian
 besar dari masyarakat kalangan menengah keatas, karena harga jual ikan 
gurameh terbilang cukup tinggi. Selain itu target pasar yang dapat 
diambil adalah perusahaan katering, pelaku bisnis restoran, maupun 
penjual ikan gurameh yang ada di pasaran.
Pendirian Kelompok Usaha Tani
Melihat banyaknya minat dari masyarakat sekitar, Wiwid dan Bambang 
ditambah Heru mendirikan kelompok tani ikan. Dengan berdirinya kelompok 
tani ini diharapkan :
1. Menambah motivasi untuk terus maju
2. Mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk mengembangkan usaha ini
3. Menjaga kekompakan
4. Mempunyai visi yang sama dalam pengembangannya, termasuk dalam penerapan standar harga
Mereka mengumpulkan petani-petani ikan di desa tersebut dan mendirikan 
kelompok tani Mino Raharjo dimana saat peresmiannya mendatangkan petugas
 PPL Kecamatan dan Dinas Koperasi.
Dengan berjalannya waktu, banyak petani yang ingin bergabung dengan 
kelompok tersebut. Untuk menjaga efektifitas, kelompok tani tersebut 
membatasi jumlah anggotanya 30 orang. Sedangkan sisanya mereka 
fasilitasi sehingga terbentuk kelompok-kelompok baru yang mencapai 4 
kelompok tani di desa Jambidan.
Masing-masing kelompok mempunyai agenda sendiri-sendiri. Prestasi yang 
pernah diraih antara lain menjadi proyek percontohan gurame tingkat 
nasional dan model pendanaan tingkat nasional sebesar 900juta rupiah. 
Selain itu juga, beberapa LSM dan lembaga-lembaga resmi lain diantaranya
 UNDP, menggandeng mereka dalam mengembangkan usaha ini.
Info Bisnis
Semakin berkembangnya usaha tersebut, kelompok tani ini mencoba 
menciptakan diversifikasi produk. Pada awalnya pembibitan lele kemudian 
mereka mencoba pembibitan gurame. Setelah melewati beberapa waktu 
ternyata hasil dari pembibitan gurame lebih bagus dibanding pembibitan 
lele.
Mulai saat itulah mereka fokus untuk mengembangkan budidaya gurame 
sehingga saat ini mereka lebih dikenal dengan sentra budidaya gurame. 
Dalam pembudidayaan ini, mereka tidak fokus dalam pemijahan. Mayoritas 
petani fokus pada penetasan telur dan pembesaran.
Mereka membeli benih telur gurame seharga Rp30,- per ekor dan 
telur-telur ini mereka peroleh dari petani ikan di desa tersebut dan 
kota – kota sekitarnya. Produk yang dihasilkan petani ikan di kelompok 
tersebut berbeda-beda. Ada yang fokus hanya menyediakan telur ikan, ada 
yang fokus menyediakan bibit ikan usia 1 bulan, bibit usia 2 – 4 bulan 
sampai dengan bibit seukuran bungkus rokok atau berat 5 ons. Jika 
dirata-rata, kelompok tani tersebut bisa menghasilkan 2,5juta ekor per 
bulan.
Saat ini, UPR Mino Raharjo mengelola kolam yang tersebar di wilayah desa
 tersebut dengan total luas lahan mencapai +/- 7 hektar. Masing-masing 
petani mengelola kolamnya sendiri kecuali pada saat panen tiba. Biasanya
 mereka dibantu 2-3 orang yang membantu penangkapan, penghitungan, dan 
pengemasan. Tenaga kerja ini mendapat upah Rp30.000,- per hari.
Proses Produksi
Dalam proses produksinya, setelah telur menetas langsung ditempatkan 
dalam ember-ember khusus supaya benih-benih tersebut aman dan kuat 
hingga usia 4 hari. Kemudian dipindahkan ke dalam kolam-kolam hingga 
usia 1 bulan.
Kolam ukuran 2x2m bisa memuat 10ribu ekor bibit. Untuk mendapatkan bibit
 dengan ukuran yang lebih besar lagi, bibit tersebut dipindahkan ke 
kolam tanah dengan ukuran 5x5m atau lebih besar. Saat pembesaran bibit 
yang harus diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi air. Ukuran ikan 
untuk dijual sesuai target pasar yang ingin disasar masing-masing 
petani. Untuk pakan, masing-masing ukuran dan usia bibit berbeda. Misal:
| Usia bibit Pakan | Jenis pakan | Jumlah pakan | Harga | 
| Telur-1 bulan Rp10rb/liter | Cacing sutra | 10ribu ekor = 7lt/bulan | |
| 1 – 2 bulan | D0 (pelet gembur) | 10ribu ekor = 10kg atau secukupnya | Rp11rb/kg | 
| 2 bulan atau lebih | pelet (jenis min2) | sesuai ukuran yang ingin dicapai | Rp6500/kg | 
Harga pakan yang cukup mahal menjadi salah satu kendala dalam pembudidayaan ikan gurame ini.
Keuntungan usaha
Keuntungan dalam budidaya gurame dibandingkan dengan jenis ikan yang lain adalah :
- Permintaan gurame yang cukup tinggi sehingga pasar terjamin
- Nilai jual yang cukup tinggi
- Bisa dijual dalam usia atau ukuran berapa pun karena kebutuhan pasar sangat variatif.
Sedangkan keunggulan budidaya gurame yang diterapkan kelompok tani Mino 
Raharjo adalah sistem guba, gugus simba, dimana bibit diberi suplemen 
nutrisi sehingga ikan dalam kategori sehat dan kualitas baik serta 
pengelolaannya dilakukan oleh petani yang cukup ahli dalam pembibitan 
dan pembesaran. Proses penjualannya dilakukan seleksi sesuai kualitas 
dan ukuran.
Kekurangan usaha
Peluang usaha perikanan gurameh membutuhkan
 keahlian khusus dalam menjalankannya. Karena proses perawatan yang 
cukup rumit, selain itu dibutuhkan pula beberapa nutrisi untuk 
menghasilkan ikan yang berkualitas baik dan tidak terkena penyakit. 
Lingkungan tempat memelihara ikan gurameh juga perlua diperhatikan, baik
 dari air, suhu, maupun media yang digunakan untuk memelihara. Agar 
dapat menghasilkan panen ikan yang berkkualitas.
Pemasaran sampai ke luar pulau
Sejauh ini mayoritas konsumen berasal dari Jogja dan pulau Jawa, 
beberapa Sumatera dan Kalimantan. Untuk wilayah Jogja sendiri mereka 
hanya bisa memenuhi 25% dari permintaan. Mereka diantaranya adalah 
petani pembesaran, pedagang besar, rumah makan dan sebagainya. Harga 
jual untuk bibit usia 1 bulan adalah Rp150,-per ekor dan untuk ukuran 
konsumsi (5 ons) Rp21.000/kg.
Dengan besarnya permintaan, adanya kompetitor tidak terlalu dirasa 
pengaruhnya. Salah satu upaya kelompok ini untuk memenuhi kebutuhan 
pasar, mereka mencoba memasyarakatkan budidaya gurame dengan mengadakan 
pelatihan rutin 1 bulan sekali. Demi kenyamanan dan efektifitas, peserta
 peltihan sehari itu dibatasi 25 sampai 30 orang. Mereka juga melayani 
konsultasi pembudidayaan tersebut.
Rencana ke depannya, UPR Mino Raharjo, pada tahun 2010 mentargetkan 
menjadi sentra percontohan dengan mengembangkan usaha perikanan dengan 
sistem one stop shoping. Diatas lahan di sebelah selatan desa seluas 2 
hektar, dengan target dana Rp2milyar, mereka akan mengembangkan kawasan 
budidaya ikan terpadu dari hulu sampai hilir.
Mulai dari penetasan, pembesaran sampai dengan produk jadi yaitu ikan 
matang yang disajikan di rumah makan yang akan didirikan di atas lahan 
tersebut juga. Di samping itu, lokasi tersebut akan dilengkapi arena 
bermain dan wisata sehingga saat orang dewasa belajar budidaya, 
anak-anak diberikan fasilitas bermain.
Tips Sukses
Menjaga kualitas hasil ikan, pisahkan antara ikan yang berkualitas bagus
 dengan ikan yang kurang bagus. Jadi konsumen tidak kecewa jika 
mendapatkan ikan yang kurang bagus, untuk ikan yang kurang bagus masih 
tetap bisa dijual namun dengan penawaran harga yang lebih murah.
Analisa Ekonomi:
Analisis keuangan dibuat dengan basis perhitungan
1000 ekor bibit gurame ditebar
Pengeluaran
Pembelian bibit       : 1.000 ekor x Rp    750,00                                                          = Rp   750.000,00
Pakan D0              :    10 kg   x Rp 11.000,00                                                          = Rp   110.000,00
Pakan Pelet           :   900 kg   x Rp  6.500,00                                                         = Rp 5.850.000,00+
Total Pengeluaran                           = Rp 6.710.000,00
Pendapatan
Penjualan Ikan Gurame : 400 kg     x Rp 23.000,00                                                          = Rp 9.200.000,00
Total Pendapatan                             = Rp 9.200.000,00
Keuntungan   = Rp 9.200.000,00 - Rp 6.710.000,00      
 


 
 
 
 
 
 
 
+ komentar + 1 komentar
Bagai mana caranya saya mendapatkan bibit ikan gurame daerah cirebon
Posting Komentar